Beranda Pendidikan Ponorogo, Kota Santri dengan 120 Pesantren: Dari Tegalsari Abad ke-18 hingga Gontor yang Mendunia
Pendidikan

Ponorogo, Kota Santri dengan 120 Pesantren: Dari Tegalsari Abad ke-18 hingga Gontor yang Mendunia

Marknews.id, Ponorogo — Julukan Kota Santri yang melekat pada Kabupaten Ponorogo bukan tanpa alasan. Berdasarkan data resmi Pemerintah Kabupaten Ponorogo tahun 2025, wilayah ini kini memiliki 120 pondok pesantren aktif […]

Marknews.id, Ponorogo — Julukan Kota Santri yang melekat pada Kabupaten Ponorogo bukan tanpa alasan. Berdasarkan data resmi Pemerintah Kabupaten Ponorogo tahun 2025, wilayah ini kini memiliki 120 pondok pesantren aktif yang tersebar di seluruh kecamatan. Jumlah itu menunjukkan pertumbuhan signifikan dibanding satu dekade lalu yang masih tercatat sekitar 60 lembaga.

Sejak berabad-abad lalu, Ponorogo telah menjadi pusat pendidikan Islam di Jawa. Salah satu pesantren tertua di Indonesia berdiri di sini, yakni Pesantren Tegalsari atau Gebang Tinatar, yang didirikan sekitar tahun 1742 oleh Kiai Ageng Muhammad Besari. Pesantren ini dikenal sebagai cikal bakal tradisi pesantren di Tanah Jawa dan pernah menjadi magnet bagi ribuan santri dari berbagai daerah.

“Pesantren Tegalsari bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga tempat lahirnya para ulama, pujangga, dan pemimpin bangsa,” ujar Baharuddin, pengamat pesantren di Ponorogo yang sekaligus menegaskan peran penting lembaga tersebut.

Memasuki abad ke-20, Ponorogo kembali mencatat sejarah dengan berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor pada 20 September 1926. Pesantren yang dirintis oleh tiga bersaudara—KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fananie, dan KH Imam Zarkasyi—itu kini dikenal hingga ke mancanegara dengan sistem pendidikan modern berbasis disiplin, bahasa, dan nilai kemandirian.

Selain dua pesantren legendaris tersebut, Ponorogo juga memiliki jaringan lembaga pendidikan Islam besar seperti Pondok Pesantren Al-Islam Joresan, Darul Huda Mayak, Al-Muqoddasah, Sulamul Huda Siwalan, dan Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis, yang turut membentuk karakter religius masyarakat Ponorogo.

Menurut laman resmi Pemkab Ponorogo, persebaran pesantren di daerah ini mencakup hampir seluruh kecamatan, mulai dari Balong, Jetis, Mlarak, Siman, hingga Slahung. Beberapa di antaranya fokus pada pendidikan tahfidzul Qur’an, sebagian lain mengembangkan sistem terpadu berbasis teknologi dan kewirausahaan.

Dengan total sekitar 120 pesantren, Ponorogo menegaskan posisinya sebagai salah satu daerah dengan kepadatan lembaga pendidikan Islam tertinggi di Jawa Timur. Pemerintah daerah pun terus mendukung peran pesantren sebagai pusat pembentukan moral, spiritual, dan sosial masyarakat.

“Pesantren bukan sekadar tempat menuntut ilmu agama, tapi juga benteng nilai dan kebudayaan yang menjadi identitas Ponorogo,” ujar Bupati Ponorogo dalam keterangan tertulis.

Dari Tegalsari yang berusia hampir tiga abad, hingga Gontor yang menorehkan reputasi global, jejak pesantren di Ponorogo menjadi saksi bahwa tradisi keilmuan Islam di Indonesia tidak pernah padam—dan justru kian tumbuh subur di tanah Reog.

Sebelumnya

Teman Bersama Hadirkan “Cerita di Taman”: Ruang Aman untuk Bercerita di Tengah Alam

Selanjutnya

KBC Dorong Penguatan Daya Beli dan Lapangan Kerja di “Dekade Kritis” Ekonomi Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mark News