Marknews.id , Yogyakarta – Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, melakukan penanaman pohon Bodhi di halaman Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (tanggal tidak disebutkan). Kegiatan ini bukan sekadar simbol penghijauan, tetapi juga pesan penting tentang kelestarian lingkungan dan penguatan budaya riset di tanah air.
Dalam kesempatan itu, Megawati yang juga menjabat Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), didampingi Rektor UGM Prof. Ova Emilia. Setelah menanam, Megawati ikut menyiram serta merapikan tanah di sekitar pohon Bodhi yang baru ditanam tersebut.
Pohon Bodhi dan Jejak Bung Karno
Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menjelaskan bahwa penanaman pohon Bodhi memiliki makna mendalam. Menurutnya, hal ini pernah dilakukan Presiden pertama RI, Soekarno, sebagai wujud kepedulian terhadap bumi.
“Penanaman pohon Bodhi ini sama seperti yang pernah dilakukan Bung Karno. Ibu Megawati ingin menegaskan komitmen untuk merawat pertiwi. Kenapa pohon Bodhi? Karena ada pesan riset dan inovasi yang ingin digarisbawahi. Kita perlu membangun budaya riset agar pengetahuan bangsa terus berkembang,” ujar Hasto.
Ia menambahkan, riset dan inovasi dapat menjadi kunci dalam mengelola kekayaan budaya dan keanekaragaman hayati Indonesia. Dengan dokumentasi dan paten yang baik, potensi lokal bisa dikembangkan menjadi kekuatan ekonomi nasional.
“Keanekaragaman pangan yang kita miliki jangan sampai hilang. Contohnya rendang, yang bisa dipatenkan dan menjadi kebanggaan Indonesia. Inilah yang harus terus kita dorong,” katanya.
Rangkaian Acara: Mini Expo dan Workshop Biodiversitas
Sebelum workshop berlangsung, Megawati menyempatkan diri mengunjungi Mini Expo Biodiversitas yang digelar di Balairung UGM. Pameran tersebut menampilkan hasil riset dan hilirisasi berbasis kekayaan hayati yang digarap BRIN dan UGM.
BRIN memperlihatkan skema pengelolaan kekayaan intelektual produk pangan hasil teknologi terapan bersama UMKM. UGM Science Techno Park menampilkan riset bahan pewarna alami, sedangkan Fakultas Biologi UGM memperlihatkan inovasi terbaru dari penelitian mereka.
Acara berlanjut dengan Workshop Pengelolaan Biodiversitas dan Penguatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) untuk Masa Depan Berkelanjutan. Workshop ini membahas strategi riset agar keanekaragaman hayati Indonesia tidak hanya terjaga, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Dukungan Regulasi dari DPRD DIY
Ketua Pansus Raperda Penyelenggaraan Riset, Invensi, dan Inovasi Daerah DPRD DIY, Eko Suwanto, turut hadir dalam kegiatan tersebut. Menurutnya, acara itu sangat inspiratif dan relevan dengan pembahasan Raperda yang sedang dilakukan DPRD DIY.
“Materi yang disampaikan dalam workshop ini memperkaya perspektif dan bisa menjadi referensi dalam penyusunan Raperda. Harapannya, kebijakan publik berbasis riset yang baik mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat Yogyakarta,” ujar Eko, yang juga Ketua Komisi A DPRD DIY dari Fraksi PDI Perjuangan.
Riset sebagai Modal Masa Depan
Kegiatan Megawati di UGM menegaskan bahwa riset bukan hanya milik akademisi, tetapi menjadi tanggung jawab bersama bangsa. Dengan pengelolaan yang tepat, keanekaragaman hayati Indonesia dapat menjadi modal besar untuk kesejahteraan rakyat sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.
Penanaman pohon Bodhi di kampus UGM akhirnya tidak hanya menjadi simbol penghijauan, tetapi juga pesan penting: riset, inovasi, dan paten adalah fondasi agar kekayaan bangsa tidak hanya terjaga, tetapi juga diakui di tingkat global.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan