Marknews.id , Ponorogo – Di lereng sunyi Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, terdapat sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Sahal. Bagi masyarakat setempat dan kalangan pesantren, gua ini bukan sekadar destinasi wisata religi, melainkan juga saksi sejarah perjuangan KH Ahmad Sahal, salah satu Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.
Pada masa pemberontakan PKI Madiun tahun 1948, Ponorogo menjadi salah satu wilayah yang terdampak. Banyak tokoh agama, santri, hingga lembaga pendidikan Islam menjadi sasaran. Pesantren Gontor turut merasakan ancaman, hingga kegiatan belajar mengajar terpaksa dihentikan.
Dalam situasi genting itu, KH Ahmad Sahal memilih menyelamatkan para santrinya. Beliau rela menanggung risiko besar demi keselamatan mereka. Kisah lisan menyebutkan, Kiai Sahal pernah berkata, “Biar aku saja yang mati,” sebagai wujud kepasrahan seorang ulama yang lebih mementingkan murid-muridnya dibanding dirinya sendiri.
Untuk menghindari kejaran PKI, Kiai Sahal bersama rombongan menempuh perjalanan menuju perbukitan Mlarak. Mereka bersembunyi di sebuah gua yang kemudian dikenal dengan nama Gua Sahal. Di tempat inilah sang kiai bertahan, berdoa, dan menunggu hingga keadaan kembali mereda.
Kini, Gua Sahal menjadi destinasi religi yang kerap dikunjungi peziarah. Selain memiliki nilai sejarah, gua ini juga mengingatkan masyarakat akan keberanian para ulama dalam menghadapi ancaman ideologi yang bertentangan dengan ajaran agama.
Keberadaan Gua Sahal menjadi simbol perlawanan terhadap lupa, bahwa perjuangan mempertahankan pesantren dan umat Islam di masa lalu tidak hanya terjadi di podium maupun dalam kitab, tetapi juga di lorong gua yang sunyi di Ponorogo.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan