Marknews.id, Yogyakarta– Upaya mengurangi timbunan sampah rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul kini menemukan solusi kreatif. Subholding PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) meluncurkan pelatihan PROMAG (Pengelolaan Sampah Organik Dapur dengan Budidaya Maggot Black Soldier Fly/BSF) di Kalurahan Karangasem, Kecamatan Ponjong. Program ini tidak hanya bertujuan menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga.
Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan, menilai komitmen masyarakat setempat dalam memilah sampah dari rumah menjadi modal penting dalam pengelolaan berkelanjutan.
“Di Gunungkidul, pengelolaan sampah kini menghadirkan harapan baru dengan menciptakan nilai ekonomi. Melalui pelatihan ini, PLN EPI berharap kapasitas masyarakat semakin kuat sehingga budidaya maggot berkembang luas, berkelanjutan, dan memberi manfaat bagi lingkungan sekaligus ekonomi warga,” ujarnya.
Mamit menambahkan, inisiatif ini merupakan dukungan nyata terhadap program Desa Berdaya Energi Gunungkidul. Selain itu, langkah ini sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG) yang terus dijalankan perusahaan.
Tantangan Sampah Rumah Tangga
Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul menyebutkan bahwa sebagian besar sampah di wilayah tersebut masih didominasi oleh sisa makanan dan limbah rumah tangga.
“Paradigma pengelolaan sampah harus berubah dari linear menjadi ekonomi sirkular. Program maggot BSF ini sejalan dengan Perda Nomor 14 Tahun 2020 Kabupaten Gunungkidul dan diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana sampah bisa bernilai ekonomi,” jelas Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup DLH Gunungkidul, Eko Suharso Prihantoro.
Sinergi Pemerintah, Praktisi, dan Warga
Kegiatan pelatihan ini diikuti 20 anggota Kelompok Wanita Tani Berkahing Bhumi serta Bank Sampah Ngupadi Rejeki Karang Asem. Mereka mendapatkan materi langsung dari praktisi, Mulyanto Diharjo, Direktur Bank Sampah Induk Patriot Kota Bekasi, yang berbagi pengalaman tentang teknik budidaya maggot untuk mengoptimalkan limbah dapur.
Riyanta, Ketua Bank Sampah Ngupadi Rejeki Karang Asem, menyebut program tersebut langsung dirasakan manfaatnya oleh warga.
“Bantuan ini membantu warga menyelesaikan permasalahan rumah tangga khususnya Sampah Organik Dapur, yang tadinya terbuang dapat diolah menjadi pakan maggot kaya protein dan dipanen untuk pakan lele dan ayam sedangkan residunya menjadi pupuk organik. Saya memastikan bahwa setiap bantuan dan inisiatif ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat,” ujarnya.
Dorong Pencapaian SDGs
Inovasi ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara perusahaan, pemerintah, praktisi, dan masyarakat dapat menciptakan solusi menyeluruh. Selain mengurangi sampah, program PROMAG juga membuka peluang usaha di tingkat lokal dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) ke-12, yakni Konsumsi dan Produksi yang Berkelanjutan.
Dengan adanya pelatihan ini, Gunungkidul diharapkan menjadi contoh daerah yang mampu mengubah persoalan sampah menjadi potensi ekonomi produktif melalui pendekatan ramah lingkungan.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan