Beranda Jogja Tempo Doeloe Ketanggungan, Kampung Prajurit yang Kian Terlupa di Jantung Yogyakarta
Jogja Tempo Doeloe

Ketanggungan, Kampung Prajurit yang Kian Terlupa di Jantung Yogyakarta

Oleh :Agus U, Jurnalis

Marknews.id – Yogyakarta — Di balik hiruk-pikuk Jalan Kapten Pierre Tendean dan gemerlapnya kawasan Wirobrajan, tersimpan sebuah kampung tua yang nyaris luput dari peta ingatan warga Jogja: Ketanggungan.

Dahulu, wilayah ini dikenal sebagai tempat tinggal para Prajurit Ketanggung, pasukan kerajaan yang menjaga sisi barat Kraton Yogyakarta. Dari nama pasukan itulah lahir sebutan “Kampung Ketanggungan”, yang pada masa lampau masuk wilayah RK Ketanggungan dan terbagi menjadi tiga blok dengan sepuluh RT.

Bentangan kampungnya cukup luas — dari Sungai Winongo di timur hingga Sungai Widuri Sabdo (dulu Kali Lonthe) di barat. Di utara, batasnya adalah jalan kecil di sisi utara Lapangan Mancasan, sedangkan di selatan membentang hingga Jalan S. Parman. Di tengahnya mengalir Jalan Kapten Pierre Tendean, yang memisahkan Ketanggungan Wetan dan Ketanggungan Kulon.

Kampung ini bersebelahan dengan Wirobrajan di utara, serta Patangpuluhan dan Sindurejan di selatan kawasan-kawasan yang lebih dikenal publik. Mungkin karena itulah, nama Ketanggungan perlahan menghilang dari perbincangan orang Jogja.

“Coba saja ketik ‘Ketanggungan’ di Google, yang muncul justru Ketanggungan Brebes — bukan Yogyakarta,” ujar seorang warga dengan nada getir.

 

Dari Ngampilan ke Wirobrajan

Pada era 1970-an, Ketanggungan masih masuk dalam Kemantren Ngampilan, ditandai dengan kode “NG” pada nomor rumahnya. Namun, seiring perubahan administrasi, kampung ini kemudian menjadi bagian dari Kemantren Wirobrajan.

Ketika sistem kelurahan dibentuk, RK Ketanggungan resmi bergabung dengan Kelurahan Wirobrajan, dengan Pak Warno — pemilik Mebel Dwi Warna di Jalan S. Parman — sebagai lurah pertama.

Perubahan administratif inilah yang secara perlahan “menelan” nama Ketanggungan dari peta resmi kota. Hingga kini, banyak warga muda yang bahkan tak tahu bahwa di balik papan nama Polsek Wirobrajan atau Batik Mataram, dulunya berdiri sebuah kampung bernama Ketanggungan.

Kampung yang Penuh Cerita

Meski terlupakan, Ketanggungan menyimpan banyak jejak masa lalu. Dulu, kawasan ini dikenal dengan beberapa tempat legendaris seperti Omah Lodong (kini menjadi kafe Joulie), Pak Memet dan Bus DRM (sekarang Sakola), serta Koperasi Batik Mataram.

Di sinilah pula rumah-rumah tokoh PSIM seperti Petrus, Sius, Banni, dan Menot berdiri. Menot bahkan sempat bergabung dengan tim nasional PSSI.

Tak jauh dari sana, terdapat deretan rumah bangsawan yang dikenal sebagai Kanjengan, kediaman Pangeran Purbodiningrat dan KRT Tirtodiningrat, serta para perajin batik ternama seperti Pak Mantri dan Pedro Sudjono.

Ada, Tapi Tak Dikenal

Kini, jejak sejarah Ketanggungan masih bisa ditemukan — meski samar. Di kawasan inilah berdiri Mapolsek Wirobrajan dan ndalem Kapanewon, menjadi saksi perubahan dari kampung prajurit menjadi area perkotaan yang modern.

Namun, ironinya, sedikit sekali yang tahu bahwa semua itu dulunya adalah bagian dari Ketanggungan.

Ketanggungan adalah kampung yang “ada, tapi tak dikenal” — sebuah fragmen Jogja tempo doeloe yang terselip di antara beton, sejarah, dan kenangan.

 

Sebelumnya

KAI Wisata Perkuat Promosi Pariwisata Berbasis Kereta Api di Ajang WITF 2025

Selanjutnya

Soping, Surga Buku Bekas dan Hiburan Anak Kota: Kisah Sasana Triguna Tempo Dulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mark News